
Strategi De Risking Prancis menjadi kerangka utama Paris saat menata ulang hubungan dagang dan geopolitik dengan Tiongkok. Dalam narasi resmi, pemerintah menegaskan relasi tetap dibutuhkan untuk ekspor–impor, investasi, dan kerja sama iklim, tetapi eksposur yang terlalu terkonsentrasi harus dikurangi. Karena itu, Paris memilih jalur pengelolaan risiko, bukan pemutusan hubungan, sambil menjaga komunikasi tingkat tinggi dengan Beijing agar kanal dialog tetap terbuka di tengah tensi perdagangan.
Di sisi ekonomi riil, Prancis memetakan titik rawan pada kendaraan listrik, panel surya, farmasi, dan bahan baku strategis. Langkah korektif diarahkan ke tiga hal: diversifikasi pemasok di dalam dan luar Eropa, peningkatan produksi domestik melalui insentif industri, serta verifikasi subsidi dan praktik harga yang berpotensi merusak pasar. Dengan pendekatan ini, Strategi De Risking Prancis diharapkan menurunkan risiko kejut pasokan tanpa menutup akses pasar Tiongkok yang masih penting bagi ekspor teknologi, produk mewah, dan jasa.
Table of Contents
Instrumen Dagang UE, Retaliasi, dan Penjagaan Lapangan Kerja
Uni Eropa kini mengaktifkan penyelidikan anti-subsidi dan anti-dumping pada sektor-sektor yang dinilai sarat distorsi pasar. Prancis termasuk motor pendorong penggunaan alat pertahanan dagang itu untuk segmen kendaraan listrik dan komponen energi terbarukan. Ketika penyelidikan berjalan, Paris menekankan transparansi metodologi agar kebijakan berbasis data, bukan sentimen. Dalam kerangka ini, Strategi De Risking Prancis menyatu dengan agenda kemandirian strategis Eropa: menjaga persaingan sehat, namun menghindari spiral perang dagang yang merugikan semua pihak.
Di lapangan, retaliasi Tiongkok—misalnya tarif pada minuman beralkohol Eropa—memukul produsen Prancis. Pemerintah merespons dengan skema dukungan ekspor, pembukaan pasar alternatif, dan diplomasi di WTO. Paris juga menimbang skema kompensasi sementara bagi sektor terdampak sambil mempercepat hilirisasi di dalam negeri. Dengan demikian, Strategi De Risking Prancis tidak hanya defensif, tetapi juga ofensif: memperkuat kapasitas industri nasional dan mendorong inovasi agar pekerja tetap terlindungi ketika pola perdagangan berubah.
“Tabungan Dunia”, Suku Bunga Global, dan Arah Kebijakan Fiskal
Perdebatan makro menyoroti posisi Tiongkok sebagai salah satu “penyimpan tabungan” terbesar, yang pernah berkontribusi pada kelebihan tabungan global dan menekan suku bunga dunia. Ketika siklus ini bergeser—melalui moderasi surplus neraca berjalan dan penyesuaian pertumbuhan—dampaknya terasa pada biaya pendanaan di Eropa. Bagi pembuat kebijakan, implikasinya jelas: Strategi De Risking Prancis harus sinkron dengan kebijakan fiskal dan industri agar investasi transisi energi dan teknologi tidak terkendala pembiayaan yang lebih mahal.
Paris menyiapkan bauran kebijakan: insentif pajak untuk manufaktur beremisi rendah, kemudahan pembiayaan proyek strategis, dan konsorsium riset lintas negara untuk baterai, semikonduktor, serta farmasi. Di saat yang sama, kerja sama dengan Tiongkok tetap dibuka pada proyek iklim, kesehatan, dan AI yang memiliki standar keamanan data memadai. Dengan payung kebijakan ini, Strategi De Risking Prancis menjaga kredibilitas fiskal sekaligus memastikan transformasi industri tidak kehilangan momentum meski kondisi moneter global lebih ketat.
Baca juga : Skenario Global 2045 Finlandia dirilis Helsinki
Tahap eksekusi menuntut perubahan di tingkat perusahaan. Importir dan produsen diminta menyusun peta risiko pemasok, kontrak fleksibel multi-sumber, dan stok penyangga untuk komponen kritikal. Pemerintah menambah panduan uji tuntas agar kepatuhan tenaga kerja dan lingkungan dalam rantai pasok Tiongkok terverifikasi. Di sisi arus modal, Prancis menerapkan penyaringan investasi asing pada sektor sensitif—dari data center hingga pertahanan—tanpa menutup investasi yang menciptakan lapangan kerja. Dalam konteks ini, Strategi De Risking Prancis menjadi filter, bukan penghalang mutlak hubungan bisnis.
Di ranah diplomasi, Paris mengedepankan dialog dua jalur: isu persaingan yang dikelola lewat forum ekonomi UE–Tiongkok, dan kerja sama di bidang global public goods seperti transisi energi. Pemerintah menilai pendekatan yang stabil akan lebih efektif menjaga kepentingan Eropa sembari mencegah polarisasi blok. Ke depan, prioritasnya adalah mempercepat kapasitas produksi domestik, memperluas kemitraan dengan Asia Tenggara, India, dan Afrika, serta menyepakati standar teknis bersama Eropa agar pasar tunggal menjadi basis skala yang kompetitif. Jika konsisten, Strategi De Risking Prancis akan menurunkan risiko sistemik, melindungi pekerja, dan pada saat yang sama mempertahankan kanal ekonomi dengan Tiongkok yang tetap vital bagi pertumbuhan.
