Protes Petani Prancis kembali menguat setelah survei terbaru menunjukkan dukungan publik tinggi di tengah wabah lumpy skin disease (LSD) pada sapi. Survei Odoxa dan Backbone Consulting untuk Le Figaro mencatat 78 persen responden mendukung aksi para petani. Aksi ini banyak terlihat di wilayah barat daya, ketika peternak menilai kebijakan pengendalian penyakit memperbesar risiko ekonomi di tingkat kandang. Survei yang sama juga menyebut 78 persen responden menilai pemerintah gagal merespons krisis sejak awal di hampir semua spektrum politik nasional.

Dalam beberapa hari terakhir, Protes Petani Prancis menonjol lewat blokade jalan dengan traktor, aksi simbolik, dan unjuk rasa di dekat kantor pemerintahan daerah. Sumber keamanan setempat memperkirakan sekitar 2.500 petani turut serta, terutama di Haute-Garonne dan Ariège, serta beberapa koridor seperti A64. Aparat menjaga titik akses utama untuk mencegah benturan dan memastikan kendaraan darurat tetap bisa melintas.

Di tengah ketegangan, pemerintah menegaskan LSD tidak berbahaya bagi manusia, namun ditularkan serangga dan dapat menurunkan produksi susu serta memicu pembatasan perdagangan. Kebijakan pemusnahan satu kawanan yang terdampak menjadi pemicu utama, karena peternak menilai langkah itu terlalu luas dan menekan arus kas. Protes Petani Prancis kini menjadi ujian politik menjelang libur akhir tahun, saat pemerintah mempercepat vaksinasi, menyiapkan kompensasi, dan membuka ruang dialog dengan serikat.

Wabah LSD Memicu Sengketa Kebijakan Pemusnahan

Protes Petani Prancis tak lepas dari kebijakan stamping out, yakni pemusnahan satu kawanan ketika ditemukan kasus LSD pada peternakan, yang mulai diwajibkan pada awal Desember di sejumlah departemen. Bagi pemerintah, pendekatan ini dipandang sebagai cara tercepat memutus rantai penularan di daerah yang padat ternak, bahkan ketika jumlah kasus masih terbatas. Namun bagi peternak, satu keputusan bisa menghapus tabungan bertahun-tahun karena sapi yang terlihat sehat ikut dimusnahkan, sekaligus memutus rencana pembiakan indukan. Mereka meminta skema yang lebih terarah, dengan karantina ketat, pengujian tambahan, pemantauan berlapis, penandaan ternak, serta pembatasan pergerakan sebelum keputusan final.

LSD adalah penyakit virus pada sapi yang menimbulkan benjolan dan luka kulit, demam, penurunan produksi susu, serta mengurangi bobot dan kesuburan, sementara penularannya kerap dipicu serangga pengisap. Meski tidak menular ke manusia, dampak ekonominya besar karena mengganggu produktivitas dan dapat memicu pembatasan pergerakan ternak antardaerah, terasa pada harga dan suplai. Peternak menilai kebijakan harus diiringi peta zona risiko yang transparan, prosedur disinfeksi, dan aturan lalu lintas hewan yang bisa dipahami, termasuk jalur pembuangan bangkai yang aman. Mereka juga meminta keterlibatan dokter hewan independen agar penilaian klinis tidak terasa sepihak.

Pemerintah menyatakan kompensasi disiapkan untuk menutup kerugian langsung, tetapi peternak menilai biaya tidak berhenti pada harga ternak. Ada biaya pakan yang terlanjur dibeli, kontrak susu yang terputus, serta pemulihan kandang sebelum beternak kembali. Di beberapa daerah, ketegangan meningkat karena peternak menilai keputusan culling datang cepat tanpa komunikasi memadai, sementara prosedur pemeriksaan tidak dijelaskan rinci. Protes Petani Prancis kemudian menjadi kanal untuk menuntut standardisasi keputusan, sehingga penanganan tidak berbeda antarwilayah.

Vaksinasi Dipercepat dan Militer Dikerahkan

Respons pemerintah diarahkan pada percepatan vaksinasi, setelah kasus LSD memicu kekhawatiran penyebaran lebih luas ke wilayah peternakan lain. Kementerian pertanian menargetkan vaksinasi besar-besaran di area terdampak, dengan dukungan distribusi logistik dari militer untuk mengejar tenggat waktu sebelum puncak perjalanan akhir tahun. Sekitar 400.000 dosis tambahan didatangkan dari Belanda untuk melengkapi stok 500.000 dosis yang sudah ada, dengan target 750.000 sapi divaksin dalam sebulan, dengan rantai dingin diawasi ketat. Langkah tersebut diposisikan sebagai jalan tengah untuk menurunkan tekanan Protes Petani Prancis tanpa melonggarkan standar biosekuriti.

Di lapangan, keterbatasan dokter hewan dan jauhnya lokasi kandang membuat pelaksanaan vaksinasi menjadi tantangan utama. Militer membantu mengangkut vaksin ke daerah pedalaman seperti Ariège, dan dokter hewan militer ikut mendampingi tim sipil di titik-titik terpencil yang selama ini kekurangan tenaga. Pemerintah menekankan vaksinasi bertujuan menjaga produksi susu, menekan kerugian, menjaga akses ekspor, serta mengurangi kebutuhan pemusnahan pada gelombang berikutnya. Namun sebagian peternak meminta jadwal dan prioritas yang transparan, karena mereka khawatir kandang kecil tersisih oleh peternakan besar.

Di sisi kebijakan, pemerintah menyebut vaksinasi wajib dapat mencakup ratusan ribu hingga mendekati satu juta sapi, bergantung pada peta risiko dan laju penyebaran. Pada saat yang sama, aparat kesehatan hewan memperketat pengawasan lalu lintas ternak, termasuk pemeriksaan dokumen, sanitasi kendaraan pengangkut, pengendalian pasar hewan, dan pelaporan kasus harian. Protes Petani Prancis tetap memberi tekanan agar kompensasi dipercepat dan keputusan lapangan tidak berubah mendadak ketika satu kasus ditemukan. Jika vaksinasi berjalan sesuai rencana, pemerintah berharap aktivitas ekonomi pedesaan kembali stabil tanpa mengulang blokade jalan yang mengganggu logistik pada musim libur.

Dimensi Politik dan Isu Dagang Mercosur

Di luar isu kesehatan hewan, Protes Petani Prancis melebar menjadi kritik terhadap kebijakan dagang dan beban regulasi yang dianggap menekan daya saing. Sebagian peternak mengaitkan krisis saat ini dengan kekhawatiran masuknya produk pertanian dari luar Uni Eropa yang dinilai tidak mengikuti standar produksi setara. Survei yang sama mencatat 65 persen responden menolak ratifikasi perjanjian dagang Uni Eropa dengan Mercosur, blok perdagangan Amerika Selatan, dengan penolakan mencapai 83 persen di kalangan pemilih Sosialis dan sekitar 50 persen di kalangan pendukung Renaissance.

Protes Petani Prancis menguat usai survei 78% dukung aksi, pemerintah percepat vaksinasi LSD sapi dan petani soroti isu pemusnahan serta Mercosur. Isu tersebut membuat aksi di jalan mendapat simpati warga yang melihat pertanian sebagai penyangga ekonomi pedesaan dan identitas pangan nasional. Peta politik ikut memanaskan situasi, karena banyak responden menilai tidak ada partai besar yang benar-benar melindungi kepentingan petani secara konsisten. Dalam survei, 35 persen responden menilai National Rally paling melindungi petani, sementara hanya 16 persen menilai partai Renaissance paling melindungi, memperlebar jarak persepsi publik.

Baca juga : Protes Peternak Prancis Melebar Soal Pemusnahan Sapi

Di sisi lain, hanya pendukung Renaissance yang mayoritas percaya pemerintah mampu mengelola krisis, sedangkan penilaian pemerintah tidak mampu mencapai 89 persen di kalangan pendukung National Rally. Protes Petani Prancis pun menjadi panggung perebutan narasi, dari isu perdagangan hingga legitimasi kebijakan pemusnahan ternak dan perlindungan harga hasil panen. Menjelang libur Natal, pemerintah meminta jeda aksi dan menawarkan dialog, seiring aksi penumpukan jerami dan pembuangan pupuk kandang di sejumlah ruas jalan utama, termasuk seruan gencatan sementara, agar blokade tidak mengganggu pergerakan barang dan wisata domestik.

Perdana Menteri Sébastien Lecornu memimpin komunikasi dengan serikat besar seperti FNSEA dan Jeunes Agriculteurs, serta menjanjikan jawaban tertulis, tetapi kelompok lain seperti Coordination Rurale dan Confédération Paysanne masih enggan berkomitmen. Bagi peternak, tolok ukur utamanya adalah kecepatan vaksinasi, kepastian kompensasi, serta aturan culling yang konsisten dari prefektur hingga lapangan. Jika tidak ada kesepakatan, Protes Petani Prancis diperkirakan tetap berlanjut dan berpotensi meluas ke pusat kota, memaksa pemerintah menyeimbangkan ketertiban umum dengan tuntutan ekonomi.