Isu mengenai gaji penjaga mercusuar yang disebut tembus miliaran rupiah sempat viral di media sosial pada Agustus 2025. Narasi ini menyebut bahwa seorang penjaga mercusuar La Jument di Prancis bisa mendapatkan gaji tahunan hingga Rp18 miliar atau setara USD 1,2 juta. Klaim tersebut ramai dibagikan dengan alasan kondisi ekstrem mercusuar yang berada di tengah laut membuat profesi itu sangat berisiko sehingga layak diberi bayaran fantastis.

Namun, faktanya kabar ini tidak benar. Mercusuar La Jument yang berlokasi di lepas pantai Brittany, Prancis, sudah tidak lagi memiliki penjaga sejak 1991. Teknologi otomatisasi membuat mercusuar ini berfungsi tanpa kehadiran manusia secara permanen. Artinya, tidak ada lagi profesi dengan jabatan gaji penjaga mercusuar di lokasi tersebut. Informasi resmi ini disampaikan oleh Direction Interrégionale de la Mer (DIRM) Atlantique Nord Ouest serta kantor pariwisata setempat.

Penyebaran kabar menyesatkan ini memperlihatkan bagaimana isu-isu yang terlihat “unik” mudah sekali menjadi viral di media sosial. Klaim yang tidak sesuai fakta bukan hanya menyesatkan publik, tetapi juga menciptakan persepsi keliru mengenai profesi maritim di Prancis. Klarifikasi atas gaji penjaga mercusuar yang beredar ini penting untuk meluruskan informasi.

Klarifikasi Fakta Gaji Penjaga Mercusuar

Sumber resmi menyatakan bahwa klaim mengenai gaji penjaga mercusuar mencapai miliaran rupiah adalah hoaks. Berdasarkan laporan AFP dan pengecekan Turnbackhoax, tidak ada bukti bahwa seorang penjaga mercusuar pernah menerima gaji fantastis sebesar itu. Bahkan, sebelum mercusuar La Jument diotomatisasi, gaji pekerja yang bertugas menjaga mercusuar jauh lebih rendah dan tidak pernah mendekati angka USD 1 juta per tahun.

DIRM Atlantique Nord Ouest menegaskan bahwa sejak 1991 La Jument sudah beroperasi penuh dengan sistem otomatis. Hal ini berarti tidak ada lagi staf atau pekerja manusia yang ditugaskan tinggal di mercusuar tersebut. Narasi tentang adanya gaji penjaga mercusuar bernilai miliaran hanyalah cerita bohong yang dipoles agar menarik perhatian netizen.

Lebih lanjut, kantor pariwisata setempat juga mengonfirmasi bahwa mercusuar La Jument kini lebih banyak menjadi daya tarik wisata dan ikon sejarah maritim Prancis. Foto-foto spektakuler ombak besar yang menghantam bangunan mercusuar sering digunakan dalam promosi pariwisata, namun tidak ada hubungan dengan profesi penjaga. Jadi, sangat jelas bahwa klaim tentang gaji penjaga mercusuar yang viral tidak memiliki dasar kebenaran.

Fenomena ini juga memperlihatkan bagaimana media sosial dapat menjadi ruang penyebaran disinformasi. Banyak pengguna yang membagikan ulang informasi tanpa mengecek fakta terlebih dahulu. Masyarakat perlu lebih kritis sebelum mempercayai klaim yang terdengar terlalu sensasional, seperti kasus gaji penjaga mercusuar ini.

Dampak Hoaks Gaji Penjaga Mercusuar

Isu tentang gaji penjaga mercusuar bukan sekadar kabar lucu atau unik, melainkan bisa berdampak pada cara masyarakat memahami fakta. Hoaks ini berpotensi menimbulkan persepsi salah tentang sistem kerja di sektor maritim Prancis. Seolah-olah ada pekerjaan ekstrem dengan gaji fantastis yang padahal tidak ada dalam kenyataan.

Dari sisi ekonomi, hoaks ini bisa menciptakan kesalahpahaman publik tentang alokasi anggaran pemerintah. Bayangan bahwa negara membayar miliaran rupiah hanya untuk satu pekerja penjaga mercusuar bisa menimbulkan reaksi negatif. Padahal, kenyataannya mercusuar sudah otomatis dan tidak ada biaya gaji yang sebesar itu. Dengan kata lain, klaim mengenai gaji penjaga mercusuar berpotensi merusak kepercayaan publik terhadap informasi yang beredar.

Selain itu, hoaks ini memperlihatkan bagaimana sensasi lebih menarik perhatian dibandingkan fakta. Banyak pengguna media sosial yang lebih cepat percaya pada angka fantastis ketimbang penjelasan resmi. Kasus gaji penjaga mercusuar juga menjadi pelajaran penting bagi media agar lebih hati-hati dalam memverifikasi klaim sebelum menyebarkannya.

Bagi pemerintah Prancis, kabar bohong ini dapat menjadi tantangan komunikasi publik. Mereka harus memastikan bahwa fakta mengenai mercusuar dan sejarah otomatisasinya diketahui secara luas agar isu serupa tidak kembali dipelintir. Dengan memberikan klarifikasi rutin, publik akan lebih mudah memahami bahwa klaim gaji penjaga mercusuar hanyalah rumor belaka.

Kasus hoaks tentang gaji penjaga mercusuar kembali menegaskan pentingnya literasi digital di era informasi cepat. Dengan maraknya media sosial, informasi palsu bisa menyebar jauh lebih cepat daripada klarifikasi resmi. Banyak orang membagikan berita viral tanpa membaca tuntas atau memverifikasi sumber.

Literasi digital menjadi benteng utama agar masyarakat tidak mudah terjebak. Masyarakat perlu membiasakan diri untuk memeriksa kredibilitas sumber, mencari pernyataan resmi, dan membandingkan informasi dengan media terpercaya. Dalam kasus gaji penjaga mercusuar, verifikasi sederhana menunjukkan bahwa mercusuar La Jument sudah otomatis sejak 1991, sehingga mustahil ada penjaga bergaji miliaran.

Baca juga : Patrouille de France Paris Hibur Warga dengan Atraksi Udara

Selain individu, media massa juga memegang peran penting. Jurnalis harus menempatkan verifikasi sebagai prioritas agar tidak ikut memperluas hoaks. Informasi yang salah, seperti klaim soal gaji penjaga mercusuar, jika diberitakan tanpa klarifikasi dapat memperkuat misinformasi. Oleh karena itu, akurasi dan tanggung jawab menjadi kunci dalam menjaga kualitas informasi publik.

Terakhir, kasus ini mengingatkan bahwa berita viral belum tentu benar. Justru semakin bombastis suatu klaim, semakin besar kemungkinan itu adalah hoaks. Publik harus bersikap kritis, sementara pemerintah dan media perlu bekerja sama membangun kepercayaan melalui transparansi. Dengan begitu, isu gaji penjaga mercusuar seperti yang beredar tidak akan lagi menyesatkan masyarakat.