
Tahun ajaran baru 2025 di Prancis kembali membawa tantangan finansial bagi banyak keluarga. Biaya perlengkapan sekolah melonjak signifikan, dipengaruhi inflasi dan daftar kebutuhan yang semakin panjang. Mulai dari tinta printer, pensil warna, hingga perangkat teknologi, semua masuk dalam daftar belanja yang wajib dipenuhi. Orang tua pun terpaksa mengalokasikan anggaran lebih besar agar anak-anak siap menghadapi tahun akademik baru.
Laporan media lokal menyoroti bahwa harga perlengkapan dasar, termasuk tas sekolah, kertas, dan tinta printer, naik rata-rata 10–15 persen dibanding tahun lalu. Kondisi ini diperparah dengan standar sekolah yang terus meningkat, menuntut peralatan tambahan seperti kalkulator ilmiah, laptop sederhana, hingga perangkat penyimpanan data. Biaya perlengkapan sekolah yang terus meningkat ini tidak hanya menekan kelas menengah, tetapi juga semakin memberatkan keluarga berpenghasilan rendah yang mengandalkan bantuan negara.
Meskipun pemerintah menyediakan tunjangan berupa allocation rentrée scolaire (ARS), jumlahnya dinilai masih kurang memadai dibandingkan pengeluaran riil di lapangan. Banyak orang tua akhirnya harus memotong pos belanja lain demi memastikan anak mereka memiliki semua yang dibutuhkan. Fenomena ini menunjukkan bagaimana masalah biaya pendidikan semakin kompleks di tengah ketidakpastian ekonomi.
Table of Contents
Faktor Kenaikan dan Dampak Sosial
Kenaikan biaya perlengkapan sekolah dipengaruhi berbagai faktor. Pertama, inflasi umum yang masih tinggi di Prancis berdampak langsung pada harga alat tulis, buku, hingga perangkat digital. Produk seperti tinta printer bahkan menjadi simbol keluhan para orang tua karena harganya naik lebih cepat dibandingkan kebutuhan lainnya. Kedua, daftar perlengkapan sekolah semakin panjang. Kini, anak-anak tidak hanya diminta membawa pensil, buku, dan penggaris, tetapi juga alat tulis khusus, kertas cetak premium, dan perangkat elektronik sederhana.
Faktor ketiga adalah tekanan pasar global. Banyak produk alat tulis diproduksi di luar negeri, sehingga fluktuasi nilai tukar dan biaya logistik ikut memperburuk harga. Akibatnya, orang tua harus menghadapi kenyataan bahwa pengeluaran untuk pendidikan melonjak jauh di atas rata-rata kenaikan gaji tahunan.
Dampak sosialnya pun tidak bisa diabaikan. Ketimpangan semakin nyata antara keluarga mampu dan kurang mampu. Anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah berisiko tidak memiliki semua perlengkapan yang diperlukan, sehingga berpengaruh pada kualitas belajar. Meskipun ada upaya dari sekolah untuk menyesuaikan kebutuhan, standar tetap tinggi dan membuat tekanan tidak terelakkan. Biaya perlengkapan sekolah yang melonjak juga memicu perdebatan publik mengenai akses pendidikan yang adil di Prancis.
Kebijakan Bantuan dan Tantangan Pemerintah
Pemerintah Prancis mencoba meringankan beban melalui skema allocation rentrée scolaire yang diberikan setiap awal tahun ajaran. Besarannya bervariasi tergantung usia anak, mulai dari €400 hingga lebih dari €450 per siswa. Namun, laporan menunjukkan bahwa biaya aktual belanja perlengkapan jauh melampaui angka tersebut. Akibatnya, keluarga penerima bantuan masih harus menutup selisih yang cukup besar.
Selain itu, beberapa pemerintah daerah dan organisasi sosial berupaya mengadakan program distribusi perlengkapan gratis. Meski inisiatif ini membantu sebagian keluarga, cakupannya masih terbatas dan belum menjawab masalah struktural. Tantangan besar bagi pemerintah adalah memastikan kebijakan yang lebih adil dan tepat sasaran, khususnya di tengah tren biaya perlengkapan sekolah yang terus menanjak.
Di sisi lain, pihak sekolah juga berusaha melakukan penyesuaian dengan menyusun daftar kebutuhan yang lebih rasional. Namun, tekanan kurikulum modern yang menuntut keterampilan digital membuat perangkat elektronik hampir tidak bisa dihindari. Hal ini menjadi dilema baru: bagaimana menyeimbangkan kebutuhan pendidikan modern dengan keterjangkauan finansial bagi seluruh lapisan masyarakat.
Tantangan lainnya adalah memastikan transparansi harga di pasar. Beberapa kelompok konsumen menilai adanya kecenderungan spekulasi harga menjelang musim kembali sekolah. Pemerintah diminta melakukan pengawasan ketat agar produsen dan distributor tidak memanfaatkan momentum ini untuk menaikkan harga secara berlebihan. Tanpa langkah konkret, biaya perlengkapan sekolah dikhawatirkan terus membengkak setiap tahun.
Melihat tren saat ini, biaya perlengkapan sekolah berpotensi tetap tinggi dalam beberapa tahun ke depan jika tidak ada intervensi serius. Pemerintah perlu merancang strategi jangka panjang, salah satunya dengan memperluas subsidi atau memberikan insentif pajak khusus bagi keluarga dengan anak sekolah. Skema seperti itu bisa membantu menyeimbangkan beban rumah tangga di tengah inflasi yang belum sepenuhnya terkendali.
Selain kebijakan fiskal, solusi inovatif juga perlu didorong. Misalnya, memperkenalkan sistem daur ulang buku dan perlengkapan di sekolah. Dengan begitu, barang-barang yang masih layak pakai dapat dimanfaatkan kembali oleh siswa lain, mengurangi biaya belanja tahunan. Inisiatif komunitas seperti bank perlengkapan sekolah juga bisa diperluas agar manfaatnya lebih merata.
Pendidikan digital juga harus direncanakan dengan matang. Alih-alih membiarkan orang tua membeli perangkat baru setiap tahun, sekolah bisa menyediakan fasilitas pinjaman laptop atau tablet bagi siswa yang membutuhkan. Langkah ini tidak hanya meringankan beban, tetapi juga memastikan kesetaraan akses teknologi.
Dalam jangka panjang, keberlanjutan sistem pendidikan di Prancis akan sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah menekan biaya perlengkapan sekolah. Jika masalah ini diabaikan, ketidaksetaraan sosial bisa semakin melebar, dan tujuan pendidikan universal akan sulit tercapai. Oleh karena itu, kebijakan yang lebih inklusif, inovatif, dan berpihak pada keluarga perlu segera direalisasikan. Dengan begitu, generasi muda dapat belajar dengan tenang tanpa dibebani masalah biaya yang berlebihan.