
Mengangkat Budaya Lewat Kehidupan Diaspora
Ketika mendengar kata âdiplomasi,â yang mungkin terlintas di benak adalah pertemuan pejabat negara di ruang formal. Namun, kenyataannya, diplomasi juga bisa tumbuh dari interaksi sederhana: mengenalkan rendang ke teman sekantor di Paris, mengundang tetangga Prancis menonton pertunjukan tari Jawa, atau mengajar anak-anak lokal cara bermain gamelan. Begitulah cara diaspora Indonesia di Prancis memainkan perannya dalam diplomasi budaya.
Table of Contents
Diaspora bukan hanya sekadar kumpulan warga negara di luar negeri, tapi juga agen perubahan yang menyebarkan nilai dan identitas bangsa. Dan di Prancis, yang dikenal sebagai salah satu pusat seni dan budaya dunia, kontribusi komunitas Indonesia justru kian terasa.
Mengenal Lebih Dekat Diaspora Indonesia di Prancis

Menurut data dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris, jumlah diaspora Indonesia di Prancis berkisar lebih dari 10.000 orang. Mereka berasal dari berbagai latar belakangâmahasiswa, seniman, tenaga profesional, hingga ibu rumah tangga.
Kota Paris menjadi pusat utama komunitas ini, namun banyak juga yang tinggal di kota lain seperti Lyon, Marseille, Toulouse, dan Nantes. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka membentuk komunitas kecil yang aktif dan penuh inisiatif. Tidak sedikit dari mereka yang secara sukarela menyelenggarakan acara budaya, kelas memasak, hingga forum diskusi untuk memperkenalkan Indonesia secara utuh, bukan hanya dari sisi pariwisata.
Budaya sebagai Jembatan Antarbangsa oleh Diaspora Indonesia di Prancis
Bagi masyarakat Prancis, budaya memiliki tempat yang sangat istimewa. Maka tidak heran jika kegiatan seni seperti tari, musik tradisional, hingga kerajinan tangan dari Indonesia mendapat sambutan hangat. Beberapa kelompok diaspora bahkan secara rutin tampil dalam festival multikultural yang digelar di berbagai kota.
Misalnya, kelompok tari âGema Citra Nusantaraâ sudah kerap tampil membawakan tari tradisional Indonesia dalam acara seperti âFestival de lâĂle-de-Franceâ. Melalui busana khas dan gerak tubuh yang anggun, mereka tidak hanya menghibur penonton, tetapi juga menyampaikan cerita dari tanah air yang mungkin belum banyak dikenal publik Prancis.
Ketika Dapur Menjadi Sarana Diplomasi
Selain seni pertunjukan, makanan juga menjadi alat diplomasi yang sangat efektif. Banyak warga Prancis yang baru mengenal Indonesia justru lewat makanan. Hal ini dimanfaatkan oleh diaspora Indonesia di Prancis yang membuka usaha kuliner, seperti restoran Djakarta Bali di Paris atau warung makanan rumahan yang sering hadir dalam bazar komunitas.
Melalui makanan, terjadilah interaksi yang lebih cair. Ketika seseorang mencicipi sate atau gado-gado untuk pertama kalinya, biasanya muncul rasa ingin tahu lebih jauh tentang asal-usul makanan tersebut, termasuk nilai budaya di baliknya. Maka dari itu, setiap suapan bisa menjadi jembatan menuju pemahaman antarbudaya.
Mahasiswa Indonesia: Duta Budaya dalam Dunia Akademik
Tidak hanya lewat pertunjukan dan makanan, peran diaspora juga muncul di lingkup akademik. Mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh studi di universitas-universitas ternama di Prancis menjadi perwakilan tidak langsung budaya Indonesia. Banyak dari mereka yang mengambil jurusan studi Asia, seni, atau hubungan internasional, dan turut menulis serta menyajikan penelitian tentang budaya, sejarah, dan dinamika sosial Indonesia.
PPI Prancis (Perhimpunan Pelajar Indonesia) menjadi organisasi yang sering menggelar kegiatan seperti âIndonesian Dayâ atau âBazar Nusantaraâ, di mana pengunjung bisa merasakan langsung atmosfer Indonesia dalam satu hariâmelalui makanan, pakaian adat, permainan tradisional, hingga mini workshop membatik.
Sinergi dengan Kedutaan dan Pemerintah Daerah
Kedutaan Besar RI di Paris memberikan dukungan aktif kepada komunitas diaspora, baik berupa fasilitas tempat, dukungan logistik, hingga promosi acara di kanal resmi. Salah satu contoh yang patut diapresiasi adalah program âIndonesia Culture Nightâ yang secara rutin menampilkan pertunjukan budaya di Balai Budaya KBRI Paris.
Tak hanya pemerintah pusat, beberapa diaspora juga menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah di Indonesia untuk memperkenalkan produk kerajinan atau promosi pariwisata. Hal ini membuktikan bahwa diplomasi budaya bisa bersifat dua arah dan saling menguntungkan.
Tantangan: Tidak Semua Mudah
Meski semangatnya tinggi, diaspora tentu menghadapi berbagai kendala. Salah satunya adalah akses pendanaan untuk mengadakan kegiatan budaya berskala besar. Selain itu, tidak semua warga lokal memahami konteks budaya Asia Tenggara, sehingga perlu pendekatan yang persuasif dan konsisten.
Masalah administratif seperti izin penggunaan ruang publik, keterbatasan logistik, dan minimnya eksposur di media arus utama juga menjadi tantangan yang terus dihadapi komunitas Indonesia di luar negeri.
Mengukur Dampak Diplomasi Diaspora Indonesia di Prancis
Dampak dari upaya diplomasi ini memang tidak bisa diukur secara langsung dalam jangka pendek. Namun jika dilihat dari meningkatnya minat warga Prancis terhadap bahasa Indonesia, jumlah kunjungan wisatawan, serta kerja sama budaya yang makin sering terjadi, jelas bahwa peran diaspora tidak bisa dianggap kecil.
Lebih dari itu, kehadiran komunitas Indonesia di Prancis ikut membentuk citra bangsa. Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara tropis dengan pulau-pulau indah, tapi juga sebagai bangsa yang kaya budaya, terbuka, dan ramah.
Penutup: Menguatkan Diplomasi Budaya dari Akar Rumput
Perjalanan diplomasi budaya oleh diaspora Indonesia di Prancis bukanlah sesuatu yang terencana secara sistematis, tetapi tumbuh dari inisiatif akar rumput. Di balik setiap pertunjukan tari, setiap piring nasi goreng yang dijual di festival makanan, atau setiap diskusi akademik tentang sastra Indonesia, terdapat semangat untuk mengenalkan Indonesia kepada dunia.
Dukungan dari pemerintah, media, dan sektor swasta sangat dibutuhkan agar peran mereka semakin kuat dan strategis. Karena sejatinya, diplomasi yang lahir dari hati dan budaya akan lebih membekas di benak siapa pun yang menerimanya.
Reff pages: https://kemlu.go.id/paris/id