Ledakan ganggang hijau ganggu industri tiram di kawasan pesisir Brittany, Prancis, menjadi sorotan tajam dalam beberapa pekan terakhir. Fenomena ekologis yang dipicu oleh limpasan limbah pertanian ini telah merusak ekosistem laut dan memukul telak industri perikanan lokal, khususnya budidaya tiram. Petani di sepanjang Teluk Morlaix melaporkan kerugian signifikan karena tiram mereka mati lebih cepat dan kualitas panen menurun drastis. Masalah ini bukan hanya berdampak pada perekonomian, tapi juga pada identitas budaya kawasan tersebut.

Teluk Morlaix selama ini dikenal sebagai pusat produksi tiram unggulan. Dengan ekosistem laut yang kaya dan perairan yang sebelumnya bersih, kawasan ini telah memasok tiram ke berbagai wilayah di Eropa selama bertahun-tahun. Namun kini, keberlangsungan industri tersebut terancam serius. Massa ganggang hijau ganggu industri tiram dengan cara menyelimuti permukaan laut, menyerap oksigen secara berlebihan, dan membuat kondisi air menjadi beracun bagi makhluk hidup.

Masalah ini diperburuk oleh perubahan iklim yang membuat suhu laut meningkat dan mempercepat pertumbuhan alga. Ketika ganggang hijau ganggu industri tiram, oksigen dalam air menipis, sinar matahari tidak dapat menembus ke dasar laut, dan kondisi lingkungan menjadi tidak ideal bagi tiram untuk bertumbuh.

Kerugian Nyata Petani dan Dampak Ekonomi Lokal

Ledakan ganggang hijau ganggu industri tiram di Brittany, Prancis. Petani rugi besar, lingkungan rusak, dan tekanan terhadap pemerintah terus meningkat. Bagi petani seperti Marc Le Provost, yang telah menggeluti budidaya tiram selama lebih dari 20 tahun, tahun ini menjadi salah satu yang paling berat. “Biasanya kami panen dua kali setahun, tapi sekarang hanya satu kali, itupun dengan kualitas buruk,” ujarnya. Tambaknya yang terletak di perairan dangkal kini berubah menjadi kawasan berbau busuk, dipenuhi gumpalan ganggang hijau yang mengapung dan menyebar cepat. Biaya untuk membersihkan tambak, memindahkan rak, dan menjaga kualitas air terus membengkak.

Ganggang hijau ganggu industri tiram dengan menimbulkan gangguan logistik dan produksi yang luar biasa. Banyak petani yang terpaksa membatalkan kontrak pengiriman ke restoran dan distributor karena tidak mampu memenuhi standar kualitas. Di sisi lain, harga tiram pun melonjak, menyebabkan konsumen beralih ke produk laut lain yang lebih stabil.

Tidak hanya petani, sektor pendukung industri ini juga terkena imbas. Transportasi laut kecil, jasa pengepakan, restoran lokal, dan pasar tradisional kehilangan pasokan tetap mereka. Brittany yang selama ini dikenal sebagai destinasi wisata kuliner berbasis makanan laut, kehilangan daya tariknya karena pasokan tiram segar menjadi langka.

Seruan untuk Perubahan Kebijakan dan Perlindungan Ekosistem

Kondisi darurat ini membuat asosiasi petani tiram mengajukan tuntutan tegas kepada pemerintah Prancis. Mereka meminta regulasi yang lebih ketat terhadap penggunaan pupuk pertanian dan sistem pengolahan limbah di hulu sungai. Selama ini, kegiatan pertanian di pedalaman menjadi penyumbang utama kandungan nitrogen dan fosfat yang berlebihan di laut.

Aktivis lingkungan pun turut bersuara. Mereka menyebut bahwa ganggang hijau ganggu industri tiram hanyalah satu dari sekian banyak bukti kegagalan pemerintah dalam menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Menurut mereka, harus ada transisi serius menuju pertanian organik atau setidaknya pertanian yang ramah lingkungan agar siklus eutrofikasi tidak terus berulang setiap musim panas.

Sebagai tanggapan awal, pemerintah setempat menjanjikan subsidi untuk pembersihan tambak dan penyediaan sensor kualitas air bagi petani. Namun banyak pihak menilai hal ini belum cukup. Tanpa upaya menekan sumber nutrien dari daratan, maka ancaman ganggang hijau ganggu industri tiram akan tetap hadir dan bahkan makin parah di masa mendatang.

Petani juga berharap pada riset-riset terbaru yang bisa memberikan solusi teknologi. Misalnya, metode budidaya vertikal yang menempatkan tiram lebih jauh dari permukaan atau penggunaan rak bergerak yang memungkinkan pemindahan cepat saat ganggang menyerang. Namun inovasi-inovasi tersebut membutuhkan investasi besar, sementara mayoritas petani tiram di Brittany adalah usaha kecil-menengah yang kesulitan mendapatkan dana.

Meski situasi semakin sulit, komunitas petani di Brittany belum menyerah. Mereka justru menunjukkan ketahanan dan kekompakan luar biasa. Banyak kelompok tani yang membentuk koalisi untuk berbagi peralatan, berbagi informasi tentang kualitas air, serta melakukan advokasi bersama ke pemerintah pusat. Tujuannya satu: menyelamatkan ekosistem dan keberlanjutan industri tiram warisan nenek moyang mereka.

Baca juga : Pemangkasan Anggaran Prancis Ancam Bantuan Global Dunia

Ada juga upaya untuk mengedukasi masyarakat lokal mengenai pentingnya pengelolaan limbah rumah tangga dan pertanian. Sebagian petani bahkan bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk mengajar anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan laut.

Mereka sadar bahwa jika tidak segera ditangani, ganggang hijau ganggu industri tiram akan menjadi krisis tahunan yang makin sulit dikendalikan. Harapan kini tertumpu pada kolaborasi antara petani, ilmuwan, aktivis lingkungan, dan pemerintah untuk menciptakan sistem produksi pangan yang adil, lestari, dan tidak merusak ekosistem.