Setelah mendekam selama lebih dari empat dekade di balik jeruji besi, Georges Abdallah dipulangkan ke Lebanon dari penjara Prancis pada akhir Juli 2025. Pria yang sempat dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena keterlibatannya dalam pembunuhan diplomat Barat pada 1980-an itu akhirnya dideportasi oleh otoritas Prancis. Kepulangannya memicu sorotan tajam, baik dari media internasional, kelompok pendukung hak asasi manusia, hingga negara-negara yang selama ini mengecam pembebasannya.

Penantian Panjang dan Tekanan Politik

Georges Ibrahim Abdallah adalah nama yang sudah lama menjadi simbol perlawanan bagi sebagian pihak di Timur Tengah, dan sekaligus dianggap berbahaya oleh kalangan Barat. Selama lebih dari 40 tahun, ia menjalani hukuman karena dinilai bertanggung jawab atas pembunuhan pejabat CIA dan diplomat Israel di Paris. Namun, sejak 1999 ia sebenarnya sudah memenuhi syarat untuk pembebasan bersyarat. Meski begitu, setiap upaya pembebasan ditolak oleh pengadilan, sebagian besar karena tekanan politik dari Amerika Serikat.

Keputusan Georges Abdallah dipulangkan ke tanah airnya akhirnya diambil setelah pertimbangan panjang yang melibatkan berbagai institusi hukum, organisasi kemanusiaan, dan diplomasi internasional. Pemerintah Prancis menyatakan bahwa pembebasan ini disertai dengan ketentuan bahwa Abdallah langsung dideportasi dan tidak diizinkan kembali ke wilayah Uni Eropa.

Penyambutan Hangat dan Reaksi Beragam

Setibanya di Bandara Beirut, Georges Abdallah disambut bak pahlawan. Ratusan orang berkumpul membawa spanduk, bendera Lebanon dan Palestina, serta meneriakkan yel-yel dukungan. Momen Georges Abdallah dipulangkan menjadi simbol kebangkitan bagi kelompok-kelompok yang memandangnya sebagai martir perjuangan atas hak-hak rakyat tertindas.

Namun tak semua menyambut dengan positif. Pemerintah Amerika Serikat secara terbuka menyatakan kekecewaannya terhadap Prancis. Mereka menilai bahwa pembebasan dan deportasi Georges Abdallah dapat memberikan contoh buruk dan menghidupkan kembali ideologi kekerasan. Pihak Israel juga menyatakan protes keras dan menilai keputusan ini sebagai “penghinaan terhadap keadilan”.

Di Lebanon sendiri, tokoh-tokoh politik terbagi. Beberapa menganggap bahwa Georges Abdallah dipulangkan dengan layak karena masa hukumannya sudah lebih dari cukup. Tapi ada pula yang menyarankan agar kehadiran Abdallah tidak dijadikan alat politisasi baru yang bisa memecah masyarakat Lebanon yang majemuk.

Implikasi Diplomatik dan Isu Keamanan

Langkah Georges Abdallah dipulangkan ke negara asalnya tak bisa dilepaskan dari konsekuensi diplomatik. Banyak analis menilai bahwa keputusan Prancis adalah kompromi untuk mengakhiri isu yang telah membebani reputasi sistem peradilan mereka selama puluhan tahun. Beberapa pengamat HAM menyoroti bahwa menahan seseorang selama 40 tahun tanpa progres resosialisasi atau jalan damai dianggap bertentangan dengan prinsip keadilan rehabilitatif.

Meski begitu, pihak berwenang Prancis menyadari bahwa membiarkan Abdallah tetap tinggal di Prancis juga tidak realistis secara politik. Deportasi menjadi jalan tengah untuk mengakhiri ketegangan hukum dan politik yang sudah berlangsung lama.

Namun tetap ada kekhawatiran bahwa Georges Abdallah dipulangkan dapat menjadi inspirasi baru bagi kelompok-kelompok ekstremis. Meskipun usianya sudah lanjut dan fisiknya tidak sekuat dulu, pengaruh simbolisnya masih cukup kuat di kalangan tertentu.

Masa Depan Abdallah dan Pesan Politiknya

Setelah Georges Abdallah dipulangkan, banyak pihak menantikan bagaimana ia akan menjalani sisa hidupnya. Dalam beberapa wawancara terbatas, ia menegaskan tidak menyesali masa lalu dan tetap teguh pada keyakinan politiknya. Pernyataannya itu menambah kekhawatiran bahwa ia bisa menjadi tokoh inspiratif bagi generasi baru pejuang garis keras.

Sejumlah organisasi di Lebanon telah menawarkan panggung bagi Abdallah untuk berbicara di forum-forum politik dan perlawanan. Meski pemerintah belum secara resmi mengangkat posisinya dalam politik lokal, namun gelombang simpati terhadapnya meningkat di beberapa wilayah.

Yang jelas, kepulangan ini menandai akhir dari sebuah era panjang dalam sejarah hukum dan diplomasi Eropa. Prancis, meski masih dihujani kritik, berhasil menyelesaikan kasus Abdallah dengan tetap mematuhi jalur legal dan hak asasi manusia.

Baca juga : Pembebasan Georges Abdallah dari Penjara Prancis Picu Reaksi Internasional

Sementara itu, isu Georges Abdallah dipulangkan juga menghidupkan kembali wacana tentang ketimpangan penerapan keadilan internasional. Banyak tokoh di Timur Tengah mempertanyakan mengapa kasus serupa di negara Barat kerap ditangani berbeda. Mereka menyoroti bahwa keadilan global seharusnya tidak tunduk pada tekanan politik negara besar.

Saat Georges Abdallah dipulangkan, dunia menyaksikan lebih dari sekadar perpindahan fisik seorang narapidana. Ini adalah pengingat bahwa keadilan, perjuangan politik, dan kepentingan diplomatik selalu berjalan di jalur yang rumit. Masa depan Abdallah mungkin tidak lagi dalam garis depan perlawanan bersenjata, tapi bayangannya akan terus membayangi diskusi seputar perlawanan, keadilan, dan legitimasi hukum internasional.