Di tengah dinamika hubungan antarnegara yang terus bergerak, pertemuan dengan Dubes Prancis baru-baru ini menjadi sorotan tersendiri. Tidak hanya sekadar agenda diplomatik rutin, pertemuan itu menandai upaya konkret kedua negara untuk mempererat kolaborasi yang selama ini sudah berjalan, sekaligus membuka lembaran baru di banyak sektor penting.

Selama ini, hubungan Indonesia dan Prancis memang sudah cukup lama terjalin. Sejak hubungan diplomatik dibuka resmi pada 1951, kedua negara secara perlahan tapi konsisten memperluas area kerjasamanya, mulai dari urusan politik, ekonomi, hingga budaya. Namun perkembangan zaman membuat ruang kerja sama itu kini jauh lebih luas dibanding beberapa dekade lalu.

Tak heran, dalam pertemuan dengan Dubes Prancis kemarin, sejumlah isu yang dibahas pun sangat beragam. Ada yang sudah lama menjadi fokus bersama, tapi banyak pula pembahasan baru yang muncul mengikuti kebutuhan zaman.


Membahas Budaya: Bukan Sekadar Panggung Pertunjukan

Salah satu topik yang menjadi perhatian dalam pertemuan dengan Dubes Prancis adalah kerja sama di bidang budaya. Selama ini, Indonesia dikenal kaya dengan seni tradisi, sementara Prancis merupakan salah satu pusat kesenian dunia. Di titik inilah keduanya menemukan banyak peluang.

Dalam diskusi tersebut, dibicarakan tentang kemungkinan memperluas program pertukaran seniman. Ada keinginan kuat agar seniman Indonesia lebih banyak tampil di Prancis, dan sebaliknya, seniman Prancis mendapat ruang di berbagai event budaya Indonesia. Tak sebatas pertunjukan saja, pembicaraan juga menyentuh soal program residensi seni dan pengembangan museum interaktif.

Yang menarik, pembicaraan ini tidak berhenti pada soal memperkenalkan karya, tetapi juga mengarah ke kolaborasi teknologi untuk pelestarian warisan budaya. Misalnya, pengarsipan digital batik atau wayang agar bisa diakses generasi muda, tak hanya di Indonesia, tapi juga oleh masyarakat internasional.


Pendidikan: Menghubungkan Generasi Muda Dua Bangsa

Topik berikutnya yang mendapat porsi cukup besar adalah kerja sama pendidikan. Di sinilah kedua negara melihat investasi jangka panjang. Pendidikan bukan hanya mempererat hubungan antarindividu, tetapi juga membentuk generasi baru yang kelak menjadi penggerak kerja sama itu sendiri.

Dalam pertemuan dengan Dubes Prancis tersebut, dibahas penguatan program beasiswa yang selama ini sudah berjalan, seperti LPDP dari Indonesia dan Eiffel Scholarship dari Prancis. Harapannya, makin banyak mahasiswa Indonesia yang bisa melanjutkan studi di berbagai kampus ternama di Prancis, tak hanya di bidang politik atau seni, tapi juga di sektor sains, teknologi, dan inovasi.

Selain itu, kedua negara juga mendorong pertukaran dosen dan riset bersama. Misalnya penelitian soal perubahan iklim, teknologi pangan, hingga pengembangan sistem pertanian yang ramah lingkungan. Semua ini relevan dengan tantangan global yang dihadapi bersama.


Industri Kreatif: Peluang Besar yang Perlu Dimanfaatkan

Tak bisa dipungkiri, industri kreatif jadi salah satu sektor yang mulai dibicarakan lebih serius dalam hubungan bilateral belakangan ini. Dunia film, fashion, hingga animasi digital dibahas cukup intens dalam pertemuan tersebut.

Sebagai pusat mode dunia, Prancis bisa membuka peluang besar bagi desainer muda Indonesia. Ada pembicaraan soal peluang pelatihan di sekolah mode ternama Paris, serta pembinaan brand-brand lokal agar bisa menembus pasar Eropa.

Sementara di industri perfilman, kedua negara sama-sama melihat potensi kolaborasi produksi film lintas budaya. Kisah-kisah Indonesia yang kaya bisa menjadi materi menarik untuk pasar Eropa. Sebaliknya, sineas Prancis juga berpeluang mengeksplorasi berbagai tema yang dekat dengan budaya Asia.

Tidak ketinggalan, bidang animasi dan pengembangan game digital juga masuk dalam daftar kerja sama yang dibahas dalam pertemuan dengan Dubes Prancis. Dengan pertumbuhan industri gaming yang pesat di Indonesia, kolaborasi dengan studio-studio animasi Prancis bisa menciptakan peluang baru yang menguntungkan kedua pihak.


Teknologi Digital: Kolaborasi Masa Depan

Pembicaraan tak berhenti di bidang seni dan ekonomi kreatif. Dalam pertemuan dengan Dubes Prancis itu, teknologi digital ikut mendapat perhatian besar. Ini bisa dimengerti, mengingat saat ini hampir semua aspek kehidupan manusia mulai tersentuh teknologi.

Salah satu yang banyak dibicarakan adalah pengembangan kecerdasan buatan (AI). Kedua negara sama-sama sepakat bahwa perkembangan AI perlu diimbangi dengan regulasi etika agar tidak disalahgunakan. Di sisi lain, kerja sama keamanan siber juga mulai disorot, apalagi dengan meningkatnya ancaman kejahatan digital lintas negara.

Program kolaborasi startup juga masuk dalam pembahasan. Lewat La French Tech, startup Indonesia punya peluang mengikuti program inkubator di Prancis. Ini bisa menjadi jalan pembuka bagi banyak perusahaan rintisan lokal untuk menjangkau investor Eropa.

Baca Juga:


Lebih dari Sekadar Diplomasi Formal

Kalau melihat isi pertemuan kemarin, tampak jelas bahwa hubungan Indonesia-Prancis sedang memasuki fase baru. Tak lagi sekadar pertemuan formal yang sifatnya seremonial, tapi pembicaraan yang betul-betul menyasar kolaborasi konkret.

Dengan berkembangnya teknologi dan semakin terintegrasinya pasar global, kerja sama internasional memang tidak cukup lagi hanya dibangun lewat negosiasi politik. Yang lebih penting justru membangun koneksi antarwarga, antaruniversitas, antarindustri kreatif, bahkan antar-startup.

Pertemuan dengan Dubes Prancis ini menegaskan bahwa kolaborasi antarnegara tak lagi bisa berjalan di jalur sempit. Banyak bidang baru yang muncul seiring perkembangan dunia, dan itu membuka banyak peluang bagi kedua pihak.

Bila semua yang dibahas bisa diimplementasikan dengan baik, maka manfaatnya tidak hanya akan dirasakan oleh pemerintah saja, melainkan juga oleh masyarakat luas, mulai dari pelajar, seniman, pengusaha kreatif, hingga komunitas teknologi.