
Kasus tragis yang menimpa Chahinez Daoud menjadi salah satu contoh paling mengerikan dari femicide di Prancis. Wanita berusia 31 tahun ini dibakar hidup-hidup oleh mantan suaminya, Mounir Boutaa, setelah bertahun-tahun mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Tragedi ini bukan hanya menyayat hati publik, tapi juga menjadi alarm keras atas kegagalan sistem hukum dalam melindungi korban kekerasan domestik.
Siapa Chahinez Daoud?

Chahinez adalah seorang ibu tiga anak yang tinggal di Mérignac, pinggiran kota Bordeaux. Ia dikenal sebagai sosok ceria dan penuh semangat, tetapi di balik kehidupan sosialnya, ia menjadi korban kekerasan yang terus-menerus dari suaminya. Meski telah mengajukan laporan dan perintah perlindungan, ancaman terhadap nyawanya tidak pernah benar-benar diatasi oleh otoritas terkait.
Kejahatan Brutal yang Terjadi
Pada 4 Mei 2021, tragedi itu terjadi. Mounir Boutaa menembak Chahinez di kaki, lalu menyiram tubuhnya dengan bensin dan membakarnya hidup-hidup di jalan, di siang bolong. Banyak saksi mata melihat kejadian itu, namun tidak bisa menyelamatkannya. Aksi ini bukan hanya kejam, tapi dilakukan dengan ketenangan yang mengerikan.
Mengapa Kasus Ini Menjadi Simbol Femisida?
Chahinez telah berulang kali mengadukan kekerasan yang dialaminya. Ia melaporkan pemukulan dan ancaman, bahkan meminta perlindungan hukum. Namun, mantan suaminya tetap bebas dan pada akhirnya melakukan pembunuhan. Kasus ini menjadi simbol dari kegagalan sistem hukum Prancis dalam menangani kekerasan terhadap perempuan.
Persidangan Mounir Boutaa: Mencari Keadilan
Persidangan terhadap pelaku, Mounir Boutaa, akhirnya dimulai pada Maret 2025. Ia diadili atas pembunuhan tingkat tinggi dengan unsur penyiksaan dan kekejaman. Banyak kelompok aktivis perempuan dan organisasi HAM mengikuti proses persidangan ini sebagai ujian moral dan hukum bagi negara.
Seruan untuk Reformasi Perlindungan Korban
Kasus Chahinez telah memicu gelombang protes dan kampanye untuk memperbaiki sistem perlindungan korban KDRT di Prancis. Pemerintah mendapat tekanan besar untuk mempercepat reformasi dalam kepolisian, peradilan, dan sistem bantuan sosial bagi korban kekerasan berbasis gender.
Kesimpulan: Chahinez Daoud, Simbol Perlawanan terhadap Femisida
Chahinez Daoud bukan hanya korban, ia kini menjadi simbol perlawanan terhadap femisida dan kekerasan domestik. Cerita pilu ini membuka mata banyak orang bahwa perlindungan hukum harus lebih dari sekadar formalitas — ia harus menyelamatkan nyawa.