
Presiden Prancis Emmanuel Macron mempertegas arah hubungan strategis dengan Indonesia melalui penguatan kemitraan militer Prancis Indonesia. Hal ini diumumkan dalam kunjungan resmi Macron ke Jakarta pada Mei 2025, di mana ia bertemu Presiden Prabowo Subianto. Keduanya sepakat memperluas kerjasama pertahanan, termasuk kemungkinan pembelian tambahan pesawat tempur Rafale, pembangunan kapal selam Scorpène, hingga latihan militer bersama untuk memperkuat stabilitas kawasan Indo-Pasifik.
Langkah ini bukan hanya tentang transaksi alutsista, tetapi juga menegaskan posisi Prancis sebagai mitra strategis Indonesia di tengah kompetisi geopolitik yang semakin intens, khususnya di Asia Tenggara. Macron menekankan bahwa kemitraan militer Prancis Indonesia adalah wujud kepercayaan politik sekaligus bagian dari strategi Prancis untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik.
Indonesia sendiri telah menjadi pasar terbesar Prancis di Asia Tenggara dalam bidang pertahanan sejak kesepakatan besar pada 2022, yang mencakup pembelian 42 unit Rafale, radar Thales, serta beberapa kapal selam. Kesepakatan baru yang dijajaki Macron berpotensi meningkatkan jumlah pesawat Rafale yang akan dikirim ke Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
Table of Contents
Pembelian Alutsista dan Transfer Teknologi
Dalam konferensi pers bersama, Macron mengungkap bahwa surat niat (Letter of Intent) yang ditandatangani membuka jalan bagi potensi pemesanan Rafale tambahan, kapal selam Scorpène varian Evolved, serta kapal fregat ringan. Fokus utama kemitraan militer Prancis Indonesia bukan hanya pada pembelian senjata, tetapi juga transfer teknologi yang memungkinkan Indonesia mengembangkan industri pertahanannya sendiri.
Prabowo Subianto menyambut baik kerjasama ini, menyatakan bahwa Indonesia memiliki kepentingan besar untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan dalam negeri. Transfer teknologi menjadi syarat mutlak dalam setiap kesepakatan alutsista, untuk memastikan Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen yang mandiri di bidang pertahanan.
Proyek paling konkret yang dijajaki adalah pembangunan kapal selam Scorpène di galangan PT PAL Indonesia. Rencana ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam kemitraan militer Prancis Indonesia, sekaligus meningkatkan keahlian teknis tenaga kerja Indonesia. Prancis juga bersedia membuka akses teknologi radar canggih dan sistem persenjataan lainnya agar bisa diproduksi di Indonesia.
Di sisi lain, keberhasilan kerjasama ini juga sangat bergantung pada kondisi fiskal Indonesia. Pemerintah Indonesia perlu menghitung ulang kapasitas anggaran pertahanan, mengingat pengeluaran untuk alutsista berteknologi tinggi tidaklah kecil. Namun, banyak analis menilai bahwa keamanan kawasan Indo-Pasifik yang semakin rentan mendorong Indonesia untuk tetap berinvestasi di sektor pertahanan.
Latihan Militer dan Tantangan Kawasan
Selain aspek pembelian alutsista, kemitraan militer Prancis Indonesia mencakup latihan militer bersama yang semakin intens. Rencana telah disusun agar pasukan Indonesia berpartisipasi dalam parade Bastille Day 2025 di Paris. Kehadiran delegasi militer Indonesia di acara prestisius ini menjadi simbol kuat hubungan bilateral dan pengakuan atas pentingnya peran Indonesia dalam keamanan kawasan.
Tak hanya parade seremonial, Prancis dan Indonesia juga merencanakan latihan bersama berskala besar. Salah satunya adalah keterlibatan Prancis dalam latihan Super Garuda Shield, yang semakin diperluas untuk melibatkan negara-negara sekutu lainnya. Macron menekankan, pelatihan semacam ini krusial untuk meningkatkan interoperabilitas militer kedua negara, terutama di tengah ketegangan geopolitik di Laut China Selatan.
Namun, kerja sama semacam ini juga menimbulkan tantangan. Sejumlah organisasi hak asasi manusia mendesak agar Prancis lebih berhati-hati dalam mendukung penguatan militer negara-negara Asia Tenggara. Mereka menuntut agar isu demokrasi, kebebasan sipil, dan hak asasi manusia tetap menjadi syarat dalam setiap kerjasama militer. Macron merespons isu ini dengan menyatakan bahwa Prancis selalu mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi dan HAM dalam semua bentuk kerjasama, termasuk dalam kemitraan militer Prancis Indonesia.
Baca juga : Prancis Batasi Medsos: Macron Usul Larangan Anak di Bawah 15 Tahun
Hubungan Prancis dan Indonesia kini berada pada fase penting dalam sejarah kedua negara, terutama di bidang pertahanan. Macron tak hanya menawarkan alutsista mutakhir, tetapi juga visi jangka panjang tentang kemandirian industri pertahanan Indonesia. Bagi Indonesia, kemitraan militer Prancis Indonesia bukan sekadar belanja militer, tetapi juga peluang untuk meningkatkan kemampuan teknologi, memperkuat diplomasi pertahanan, dan menegaskan peran strategisnya di kawasan Indo-Pasifik.
Ke depan, keberhasilan kerjasama ini akan ditentukan oleh kemampuan kedua negara menyeimbangkan kepentingan ekonomi, kebutuhan strategis, dan nilai-nilai demokrasi. Meski tantangan tetap ada, baik dari sisi anggaran maupun geopolitik, optimisme tetap tinggi bahwa kemitraan militer Prancis Indonesia akan menjadi salah satu poros penting dalam menjaga keamanan dan stabilitas kawasan di era global yang penuh ketidakpastian.