
Trio hip hop asal Belfast, Irlandia Utara, akhirnya tetap naik panggung di festival musik Prancis Rock en Seine Paris. Keputusan ini menjadi sorotan besar karena Kneecap tampil meski kontroversi yang menghantam mereka sejak lama, terutama terkait sikap politik band terhadap isu Palestina dan kritik keras pada Israel.
Sebelum acara berlangsung, pemerintah kota Saint-Cloud menarik subsidi senilai €40.000 karena penolakan sejumlah kelompok atas kehadiran Kneecap. Namun, pihak penyelenggara festival menegaskan bahwa kebebasan berekspresi tetap dijunjung tinggi. Di hadapan ribuan penonton, Kneecap tampil meski kontroversi dengan energi penuh, mengubah momen musik menjadi simbol perlawanan politik.
Bagi banyak pihak, penampilan ini adalah wujud nyata dari resistensi seniman terhadap tekanan politik. Kneecap tidak hanya menampilkan musik, tetapi juga membawa pesan kuat yang menggema di tengah ketegangan politik global. Peristiwa ini membuktikan bahwa Kneecap tampil meski kontroversi bisa tetap menjadi headline internasional.
Table of Contents
Latar belakang kontroversi Kneecap
Kontroversi yang membayangi band ini bermula dari penampilan mereka di festival internasional lain, di mana simbol pro-Palestina ditampilkan jelas di panggung. Langkah itu membuat sejumlah pemerintah Eropa, termasuk Hongaria, melarang konser mereka. Bahkan, beberapa acara di Jerman dan Austria dibatalkan. Meski begitu, Kneecap tampil meski kontroversi di beberapa negara lain, termasuk Belanda dan Denmark, tetap berjalan dengan penuh dukungan publik.
Di Prancis, ketegangan meningkat setelah lirik dan simbol yang digunakan band dianggap ofensif oleh kelompok Yahudi lokal. Pemerintah kota Saint-Cloud pun menarik dana dukungan untuk festival Rock en Seine. Namun, direktur festival menegaskan bahwa keputusan menghadirkan Kneecap bukanlah provokasi, melainkan bentuk perlindungan atas kebebasan artistik. Dengan demikian, Kneecap tampil meski kontroversi menjadi bukti penting bahwa seni tidak boleh dibungkam oleh tekanan politik semata.
Reaksi beragam pun muncul. Sebagian publik menilai keberanian band ini layak diapresiasi karena menyuarakan isu kemanusiaan, sementara pihak lain menganggap kehadiran mereka sebagai ancaman harmoni sosial. Namun faktanya, keberanian untuk tetap tampil semakin memperkuat narasi bahwa Kneecap tampil meski kontroversi adalah simbol kebebasan berekspresi di Eropa modern.
Tekanan politik dan dukungan global
Tekanan politik terhadap Kneecap tidak hanya datang dari Prancis. Di Inggris, unit kontra-terorisme sempat menyelidiki pernyataan anggota band yang dianggap mendukung kelompok seperti Hamas dan Hezbollah. Meski tidak ada dakwaan resmi, isu ini semakin memperkeruh reputasi mereka. Namun, justru dari situ lahir solidaritas baru. Banyak komunitas musik dan aktivis kebebasan berekspresi mendukung penuh langkah band ini.
Dalam wawancara terbaru, personel Kneecap menegaskan bahwa mereka tidak akan mundur. Mereka menyatakan, “Musik kami adalah perlawanan. Kami tidak akan diam hanya karena politisi tidak menyukai apa yang kami katakan.” Pernyataan itu menunjukkan bagaimana Kneecap tampil meski kontroversi menjadi lebih dari sekadar konser, melainkan platform perjuangan.
Dukungan juga datang dari kalangan penggemar yang memenuhi area festival. Meski sempat ada ancaman protes, suasana konser berlangsung damai dan penuh antusiasme. Penonton menyanyikan lirik bersama, seolah memberi pesan bahwa musik tetap memiliki kekuatan menyatukan orang di tengah konflik politik. Fenomena ini menegaskan sekali lagi bahwa Kneecap tampil meski kontroversi adalah momentum besar bagi kebebasan berkesenian.
Penampilan Kneecap di Rock en Seine bukan hanya soal musik, tetapi juga tentang pesan politik. Di tengah sorotan kamera internasional, mereka memanfaatkan panggung sebagai medium untuk menyoroti isu Palestina dan menyerukan solidaritas global. Banyak yang menilai langkah ini berani, mengingat risiko politik yang mereka hadapi.
Bagi band ini, keputusan untuk tetap tampil adalah bentuk komitmen mempertahankan integritas seni. Mereka tidak ingin tunduk pada tekanan atau kehilangan identitas hanya demi menghindari kontroversi. Dengan tetap tampil, Kneecap tampil meski kontroversi menjadi bukti bahwa musik bisa menjadi sarana politik yang efektif.
Baca juga : Serangan Jarum Saat Fête de la Musique di Prancis, Ancaman Baru di Tengah Festival Musik Musim Panas
Dari perspektif masyarakat, momen ini mengingatkan bahwa festival musik tidak bisa dipisahkan dari realitas sosial. Di tengah dunia yang penuh ketegangan, penampilan Kneecap menegaskan bahwa seniman punya peran besar untuk menyuarakan suara-suara yang kerap terpinggirkan. Reaksi keras dari kelompok politik justru memperlihatkan betapa kuatnya pesan yang disampaikan.
Lebih jauh, Kneecap tampil meski kontroversi mengubah Rock en Seine menjadi ajang refleksi: apakah seni harus netral, ataukah ia memang harus berpihak? Pertanyaan itu kini menggema di benak publik, memperkaya diskursus tentang peran musik dalam politik global.