Warisan Musik yang Dirampas: Luka Lama yang Belum Sembuh

Selama pendudukan Jerman di Prancis dalam Perang Dunia II, Nazi tidak hanya mengambil alih kekuasaan politik dan militer, tetapi juga merampas budaya masyarakat. Salah satu bukti nyata dari kejahatan budaya ini adalah penjarahan ribuan piano milik keluarga Yahudi. Diperkirakan lebih dari 8.000 piano disita secara sistematis dari rumah-rumah warga Yahudi di Paris dan sekitarnya, sebagai bagian dari operasi besar-besaran bernama M-Aktion.

Operasi M-Aktion: Dari Seni hingga Musik Dirampas

Operasi M-Aktion adalah bagian dari upaya Nazi yang dipimpin oleh organisasi Einsatzstab Reichsleiter Rosenberg (ERR), yang bertujuan untuk menyita properti milik warga Yahudi dan pengungsi politik. Rumah-rumah mereka dibongkar, barang-barang berharga dicatat, dan dikirim ke gudang besar seperti Palais de Tokyo atau bekas pusat perbelanjaan Magasin Levitan di Paris. Tak hanya lukisan dan permadani, barang rumah tangga seperti piano juga menjadi incaran.

Instrumen-instrumen musik tersebut kemudian dikirim ke Jerman untuk digunakan oleh para pejabat tinggi, sekolah musik, atau bahkan dijual kembali.

Caroline Piketty dan Penelusuran Piano yang Hilang

Sejarawan Prancis Caroline Piketty menjadi salah satu tokoh penting dalam upaya mengungkap kisah ini. Melalui bukunya yang berjudul “Harmonies volées” (Harmoni yang Dicuri), ia menyelami arsip nasional dan dokumen ERR untuk menelusuri jejak piano-piano yang hilang.

Buku tersebut menyajikan kisah mengharukan tentang benda-benda yang pernah menjadi pusat kehangatan keluarga, namun kini tak jelas keberadaannya. Dalam banyak kasus, Piketty berhasil mengidentifikasi nama pemilik, jenis piano, nomor seri, bahkan lokasi penyitaan.

Kasus Madame Roos: Simbol Kerinduan akan Masa Lalu

Salah satu kisah yang menggambarkan betapa dalamnya luka sejarah ini adalah milik Madame Roos, seorang wanita berusia 72 tahun yang menulis surat pada tahun 1945 untuk menanyakan keberadaan piano Hanel miliknya. Ia berharap alat musik tersebut bisa dikembalikan. Meski surat itu tak berbalas, kini dokumen tersebut menjadi simbol perjuangan atas hak warisan budaya yang terampas.

Tantangan dalam Proses Restitusi

Walaupun banyak keluarga yang kehilangan barang berharga mereka telah lama meninggal dunia, proses restitusi tetap menjadi bagian penting dari rekonsiliasi sejarah. Namun, proses ini tidak mudah. Tantangannya meliputi:

  • Kurangnya dokumentasi kepemilikan yang lengkap
  • Piano berpindah tangan atau dimiliki pihak ketiga yang tidak tahu asal usulnya
  • Kendala hukum dan regulasi warisan
  • Penolakan atau minimnya kemauan institusi tertentu untuk menyerahkan kembali benda-benda tersebut

Beberapa piano bahkan diketahui berada di museum atau rumah kolektor, namun sulit diklaim kembali karena status kepemilikan yang kompleks.

Upaya Internasional: Lost Music Project dan Dukungan Museum

Saat ini, berbagai pihak mulai bekerja sama dalam inisiatif pelacakan alat musik yang dijarah. Lost Music Project merupakan salah satu organisasi yang memimpin pencarian piano-piano yang hilang. Dengan bantuan arsip digital, mereka menggabungkan data dari keluarga korban, institusi seni, hingga museum untuk mencocokkan bukti historis.

Prancis, sebagai negara yang memiliki ribuan benda budaya hasil jarahan Nazi, juga telah menunjukkan komitmen untuk mengembalikan artefak-artefak tersebut kepada pemilik sah atau ahli warisnya. Sejumlah museum telah mulai meninjau koleksi mereka dan bersedia melepas benda yang terbukti hasil rampasan perang.

Mengembalikan Harmoni yang Terluka

Piano bukan sekadar barang mewah. Di dalam budaya Yahudi Eropa, instrumen ini merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari: tempat anak belajar musik, tempat keluarga berkumpul, dan media ekspresi emosional dalam situasi sulit. Ketika instrumen-instrumen ini dijarah, bukan hanya benda fisik yang hilang, tetapi juga identitas budaya dan kenangan kolektif.

Melacak dan mengembalikan piano-piano tersebut adalah bentuk penghormatan terhadap sejarah dan kemanusiaan. Setiap piano yang ditemukan kembali membawa kisah, nama, dan melodi yang pernah terdiam karena kebencian dan kekuasaan.

Refleksi dan Pelajaran untuk Masa Kini

Melalui kisah ini, kita diajak untuk melihat sisi lain dari kejahatan Nazi: bukan hanya soal kekerasan fisik, tapi juga pencurian budaya dan sejarah. Pelajaran penting yang bisa kita ambil meliputi:

  • Pentingnya dokumentasi benda bersejarah
  • Peran aktif sejarawan dan aktivis dalam membela warisan budaya
  • Perlu adanya sistem hukum yang mempermudah restitusi di masa kini
  • Kesadaran publik bahwa barang seni memiliki makna jauh lebih dari sekadar nilai materi

Lebih dari 8.000 piano dirampas dari keluarga Yahudi oleh Nazi selama pendudukan Prancis, dan banyak di antaranya belum ditemukan hingga kini. Berkat upaya tokoh seperti Caroline Piketty, Lost Music Project, dan pemerintah Prancis, proses pelacakan dan restitusi mulai membuahkan hasil. Namun jalan menuju keadilan budaya masih panjang.

Melalui pengungkapan sejarah ini, kita dapat memahami bahwa setiap instrumen menyimpan kisah manusia. Mengembalikannya berarti mengembalikan sebagian dari kehormatan dan hak yang pernah dirampas.

Prancis Diterjang Gelombang Panas Pertama Tahun 2025