
Paris – Prancis pertimbangkan operasi laut cegah Kapal migran hingga 300 meter dari pantai demi tekan penyeberangan ke Inggris. Solusi atau risiko baru? Pemerintah Prancis tengah mematangkan rencana untuk memberikan kewenangan lebih besar kepada aparat keamanannya dalam menghadapi gelombang migrasi yang terus meningkat di Selat Channel. Rencana ini memungkinkan polisi Prancis melakukan intersepsi terhadap Kapal migran hingga sejauh 300 meter dari garis pantai, sebuah langkah yang melampaui ketentuan lama di mana tindakan hanya dilakukan bila kapal migran berada dalam bahaya langsung.
Table of Contents
Langkah tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan politik dan tekanan publik di Inggris akibat tingginya arus migran yang menggunakan Kapal kecil, yang sering dijuluki “small boats,” untuk menyeberang dari Prancis ke Inggris. Tahun ini saja, lebih dari 14.800 migran dilaporkan telah menyeberang ke Inggris hanya dalam enam bulan pertama, angka yang melonjak hampir 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pemerintah Inggris dan Prancis diketahui sedang menyiapkan kesepakatan bilateral baru, yang akan mengatur bagaimana intervensi bisa dilakukan di perairan dekat pantai sebelum Kapal migran sempat masuk ke perairan internasional. Otoritas Prancis berharap, dengan menghentikan Kapal sedini mungkin, mereka bisa memutus rantai penyelundupan manusia yang semakin profesional dan berbahaya.
Namun, langkah ini langsung memicu perdebatan tajam. Para pengamat hak asasi manusia memperingatkan bahwa kebijakan semacam itu bisa menimbulkan risiko besar bagi keselamatan migran, yang sering kali berlayar dalam kondisi laut berbahaya menggunakan Kapal karet yang penuh sesak.
Kapal Migran : Kritik dan Tantangan Operasional
Kelompok-kelompok bantuan seperti Utopia 56 menyebut langkah intersepsi di laut terbuka bisa membuat penyelundup mencari jalur yang lebih jauh dan berbahaya demi menghindari patroli. “Risikonya, semakin banyak migran yang nekat menempuh rute berbahaya dan akhirnya justru meningkatkan potensi korban jiwa,” ujar seorang juru bicara Utopia 56.
Baca Juga : Prancis Blokir Stan Senjata Israel di Paris Air Show, Tegaskan Sikap Politik
Selain itu, serikat polisi Prancis juga angkat bicara, menilai rencana patroli sejauh 300 meter akan sulit dilaksanakan secara efektif. Mengingat panjang pantai utara Prancis mencapai ratusan kilometer, diperlukan sumber daya manusia, peralatan, dan kapal patroli yang jauh lebih banyak daripada yang tersedia saat ini.
Anggaran pun menjadi masalah tersendiri. Pemerintah Inggris diduga akan kembali diminta membantu pendanaan operasi ini, setelah sebelumnya mengucurkan dana besar untuk memperkuat patroli di pantai Prancis. Kritik pun bermunculan di Inggris, karena dianggap membebani pajak warga Inggris untuk mengatasi masalah yang dianggap “bukan hanya tanggung jawab mereka.”
Antara Penegakan Hukum dan Risiko Kemanusiaan Kapal migran
Sementara itu, pemerintah Prancis menekankan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan menindak tegas jaringan penyelundupan manusia. Namun, metode yang akan digunakan di laut tetap menjadi pertanyaan besar. Beberapa laporan media internasional mengungkap adanya dugaan metode agresif, seperti menusuk Kapal migran agar tak bisa melanjutkan perjalanan, yang sempat menuai kecaman dari kelompok Hak Asasi Manusia.
Sejumlah pejabat Prancis memastikan intervensi akan dilakukan dengan mempertimbangkan keselamatan migran, namun realitas di lapangan sering kali rumit. Ombak tinggi, kabut tebal, hingga kondisi Kapal yang rapuh membuat operasi di laut selalu berisiko tinggi.
Migran sendiri, kebanyakan berasal dari Afghanistan, Iran, dan negara-negara Afrika, menyatakan tidak gentar. “Kami tahu risikonya. Tetapi kami harus mencapai tujuan,” kata seorang migran yang diwawancara oleh media setempat.
Para pengamat menilai, intervensi di laut hanya menjadi solusi sementara yang tidak menyentuh akar persoalan migrasi. Konflik, kemiskinan, dan harapan hidup yang lebih baik di Eropa terus menjadi faktor pendorong. Tanpa upaya diplomasi dan kebijakan jangka panjang yang menyeluruh, gelombang migrasi kemungkinan besar akan terus terjadi.Tahun 2025 ini saja, lebih dari 14.800 migran dilaporkan telah menyeberang ke Inggris hanya dalam enam bulan pertama, angka yang melonjak hampir 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.