
Pameran industri dirgantara terbesar di dunia, Paris Air Show, tahun ini diwarnai oleh ketegangan politik yang jarang terjadi. Pemerintah Prancis secara resmi memblokir akses ke stan lima perusahaan pertahanan asal Israel. Keputusan Prancis blokir stan senjata Israel ini memicu polemik internasional dan memperlihatkan bagaimana konflik di Gaza kini berdampak hingga ke forum-forum pameran global.
Table of Contents
Alasan Prancis Mengambil Tindakan
Pemerintah Prancis menegaskan bahwa langkah Prancis blokir stan senjata Israel ini bukan sekadar reaksi spontan, tetapi bagian dari kebijakan pengawasan keamanan nasional. Pihak penyelenggara pameran, atas instruksi pemerintah, meminta lima perusahaan Israel â termasuk Elbit Systems, Rafael, Israel Aerospace Industries (IAI), Uvision, dan Aeronautics â untuk menghapus senjata ofensif dari tampilan stan mereka.
Ketika permintaan tersebut ditolak, pihak berwenang akhirnya memutuskan menutup akses fisik ke stan-stan tersebut. Mereka menutupi area pameran dengan sekat hitam, sehingga pengunjung pameran tidak bisa melihat produk-produk yang dipamerkan perusahaan Israel tersebut.
Konflik Gaza sebagai Latar Belakang
Keputusan Prancis blokir stan senjata Israel tak lepas dari meningkatnya ketegangan global akibat konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina di Gaza. Sejak awal 2025, operasi militer Israel di Gaza memicu gelombang protes di berbagai belahan dunia, termasuk di Eropa.
Sebagai salah satu anggota Uni Eropa yang vokal menyerukan gencatan senjata, Prancis berada dalam posisi sulit. Di satu sisi, Paris tetap menjaga hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Israel, namun di sisi lain, tekanan opini publik domestik menuntut adanya sikap tegas atas kekerasan yang terjadi.
Reaksi Keras dari Israel
Pemerintah Israel dengan cepat mengecam langkah Prancis. Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Israel menyebut keputusan ini sebagai bentuk diskriminasi politik yang tidak adil. Mereka menuding Prancis melanggar prinsip kebebasan bisnis dan menggunakan Paris Air Show sebagai alat tekanan diplomatik.
Perwakilan Elbit Systems bahkan menyatakan, “Jika Anda tidak bisa bersaing secara teknologi, cukup dengan menghilangkan kami dari panggung pameran.”
Sementara itu, Rafael, salah satu perusahaan pertahanan terbesar Israel, menuduh Prancis tunduk pada tekanan politik internal yang sedang memanas di Eropa terkait isu Gaza.
Pandangan Prancis: Tindakan Sesuai Regulasi
Meski mendapat kecaman, pemerintah Prancis menyatakan bahwa keputusan itu murni berdasar pada ketentuan regulasi keamanan domestik. Perdana Menteri François Bayrou menegaskan bahwa pameran pertahanan di Paris hanya mengizinkan tampilan sistem pertahanan, bukan senjata ofensif yang sedang diperdebatkan secara etis.
âPeraturan ini berlaku universal, tanpa memandang asal negara produsen,â tegasnya.
Pihak penyelenggara Paris Air Show pun menyatakan tetap membuka peluang bagi partisipasi Israel di masa depan selama mereka mematuhi aturan yang berlaku.
Kontroversi di Level Internasional
Kasus Prancis blokir stan senjata Israel langsung menjadi perhatian internasional. Di Amerika Serikat, sejumlah politisi dari Partai Republik mengkritik keputusan Prancis dan menilai langkah itu mengarah ke bentuk proteksionisme industri pertahanan Eropa.
Di Eropa sendiri, beberapa negara anggota Uni Eropa menilai tindakan Prancis cukup berani dan sejalan dengan upaya menjaga citra Uni Eropa sebagai penegak nilai hak asasi manusia di tingkat global.
Paris Air Show: Lebih dari Sekadar Pameran Senjata
Paris Air Show memang lebih dari sekadar ajang bisnis. Selain pameran industri pertahanan, event ini juga menjadi panggung diplomasi industri kedirgantaraan dunia. Tahun ini, misalnya, Airbus mengumumkan kesepakatan penjualan pesawat senilai miliaran euro dengan beberapa negara Timur Tengah, termasuk Saudi Arabia.
Artinya, selain tensi politik, Paris Air Show tetap menjadi pusat transaksi besar-besaran di sektor aviasi global.
Implikasi Jangka Panjang
Langkah Prancis blokir stan senjata Israel dinilai banyak pengamat bisa menjadi preseden baru dalam pengaturan pameran senjata internasional. Beberapa negara Eropa kini mempertimbangkan regulasi serupa, mengingat tekanan dari masyarakat sipil agar negara lebih selektif terhadap perusahaan-perusahaan pertahanan yang terlibat dalam konflik bersenjata aktif.
Di sisi lain, keputusan ini juga bisa memperburuk hubungan dagang Prancis dengan Israel di masa depan, mengingat banyak proyek pertahanan yang sebelumnya melibatkan kerja sama kedua negara.
Keputusan Prancis untuk memblokir stan senjata Israel di Paris Air Show memperlihatkan bagaimana urusan dagang, diplomasi, dan politik internasional kini saling terhubung secara kompleks. Langkah ini sekaligus menunjukkan bahwa arena pameran internasional tidak lagi steril dari dinamika geopolitik.
Apakah negara lain akan mengikuti jejak Prancis? Atau justru memicu ketegangan baru di lingkaran diplomasi global? Hanya waktu yang akan menjawab.