Shein toko permanen Prancis resmi diumumkan dan akan hadir di pusat belanja ternama mulai akhir 2025. Keputusan membuka gerai fisik pertama di Eropa ini menandai perubahan strategi besar dari bisnis berbasis daring menuju model hibrida. Langkah tersebut menimbulkan reaksi keras di Paris dan kota lain, karena selama ini Shein dikenal sebagai simbol mode cepat dengan siklus produksi singkat, harga murah, dan koleksi berganti cepat.

Rencana Shein toko permanen Prancis melibatkan kerja sama dengan Société des Grands Magasins. Toko pertama dijadwalkan di BHV Paris sebelum meluas ke jaringan Galeries Lafayette di beberapa kota regional. Namun, justru dari Galeries Lafayette sendiri muncul penolakan keras, menyebut rencana ini tak sejalan dengan visi ritel berkelanjutan. Pemerintah kota Paris juga menyuarakan kritik, sementara asosiasi mode lokal menilai ekspansi ini akan menekan merek domestik. Publik pun membalas dengan petisi dan demonstrasi kecil, mengangkat isu keberlanjutan serta dampak sosial.

Strategi Ritel Baru dan Penolakan Industri

Shein berharap dengan membuka toko permanen dapat memperkuat pengalaman belanja pelanggan, menawarkan pengambilan langsung, serta menciptakan citra merek yang lebih mapan. Perusahaan menarget segmen muda yang masih aktif berbelanja offline meski akrab dengan e-commerce. Pengelola menyiapkan area interaktif, pilihan produk eksklusif, serta sistem logistik yang lebih cepat. Kehadiran toko fisik juga dipandang sebagai cara memotong biaya pengiriman dan meningkatkan keterhubungan dengan konsumen Eropa.

Namun, kalangan ritel domestik memandang sebaliknya. Banyak yang menilai Shein toko permanen Prancis akan menimbulkan dampak persaingan tidak adil karena memanfaatkan model produksi massal berbiaya rendah. Pengusaha mode Prancis menekankan bahwa regulasi tenaga kerja, standar kualitas, dan biaya lingkungan di Eropa membuat mereka sulit bersaing dengan harga ultra murah. Beberapa asosiasi mendorong pemerintah untuk mengenakan pajak khusus atau membatasi ekspansi ritel ultra-fast fashion. Penolakan juga datang dari kelompok desainer muda yang khawatir ruang bagi kreativitas dan kerajinan tangan semakin terpinggirkan.

Isu Lingkungan dan Kebijakan Publik

Selain soal persaingan, Shein toko permanen Prancis memicu perdebatan besar tentang dampak lingkungan. Sistem produksi cepat dianggap memperbanyak limbah tekstil, meningkatkan emisi karbon dari rantai pasok global, serta mempromosikan budaya konsumsi sekali pakai. Aktivis lingkungan menyebut ekspansi ini sebagai kemunduran dari upaya Prancis menurunkan jejak karbon. Mereka menggelar aksi simbolik di depan gedung ritel, membawa spanduk bertuliskan “Stop Fast Fashion” dan “Mode Durable, Bukan Sekali Pakai.”

Pemerintah Prancis sudah menyiapkan RUU yang menarget fast fashion dengan pajak lingkungan dan pembatasan iklan agresif. Jika aturan itu disahkan, Shein toko permanen Prancis akan menjadi uji kasus pertama penerapan regulasi ketat. Pejabat publik menegaskan bahwa masyarakat harus diberi pilihan berbelanja dengan lebih sadar lingkungan. Di level Eropa, diskusi berlangsung soal penghapusan celah impor bebas bea untuk produk murah bernilai rendah, yang selama ini memudahkan bisnis seperti Shein. Sementara itu, konsumen dihadapkan pada dilema antara harga terjangkau dan tanggung jawab lingkungan, menjadikan isu ini lebih kompleks dari sekadar belanja fesyen.

Kontroversi Shein toko permanen Prancis juga menyentuh aspek sosial. Mode cepat dinilai mendorong pola konsumsi impulsif yang bisa merusak pola belanja sehat di kalangan generasi muda. Di sisi lain, konsumen berpendapatan rendah merasa diuntungkan karena bisa mengakses produk mode dengan harga murah. Pemerintah mencoba menyeimbangkan kebutuhan tersebut dengan edukasi publik soal keberlanjutan, termasuk kampanye daur ulang pakaian dan insentif untuk merek lokal.

Baca juga : Sidang Guihal Irak akan digelar sorotan Eropa

Bagi Shein, langkah membuka toko permanen berisiko menambah sorotan hukum dan politik. Jika protes meluas, citra merek bisa terganggu dan penjualan terancam meski antusiasme awal tinggi. Ke depan, keberhasilan ekspansi ini akan sangat ditentukan oleh regulasi baru, respons pasar, serta kemampuan perusahaan menyesuaikan model bisnis dengan tuntutan keberlanjutan. Jika berhasil mengintegrasikan praktik ramah lingkungan, Shein toko permanen Prancis bisa menjadi pionir transformasi fast fashion. Namun, jika tetap bertahan pada pola lama, ia bisa menjadi simbol resistensi publik terhadap gaya konsumsi instan.

Dengan demikian, peresmian toko ini bukan hanya urusan bisnis, tetapi cerminan pergeseran besar dalam debat tentang mode, lingkungan, dan keadilan sosial di Prancis. Semua mata kini tertuju pada bagaimana rencana ini dijalankan, dan apakah kompromi antara harga murah dan keberlanjutan benar-benar dapat diwujudkan.