Paris pamerkan patung wanita pelopor dari Olimpiade 2024 sebagai penghormatan terhadap sejarah perempuan Prancis dan simbol warisan kesetaraan gender. Pemerintah Kota Paris kembali menarik perhatian publik dengan memamerkan sepuluh patung wanita pelopor dari seremoni pembukaan Olimpiade 2024. Patung-patung yang sebelumnya menjadi bagian penting dalam parade pembukaan tersebut, kini ditempatkan secara permanen di Rue de la Chapelle, arondisemen ke-18 Paris, sebagai bentuk penghormatan terhadap tokoh-tokoh perempuan bersejarah di Prancis. Langkah ini menjadi bagian dari inisiatif “Olympic Legacy” yang bertujuan mewariskan nilai sosial dan budaya yang tercermin dari momen ikonik Olimpiade Prancis 2024.

Sepuluh patung ini dibuat untuk menghormati para wanita yang memberikan kontribusi besar dalam sejarah Prancis, baik di bidang hak asasi manusia, ilmu pengetahuan, olahraga, seni, maupun pemikiran. Figur-figur yang diabadikan meliputi Simone de Beauvoir, Gisèle Halimi, Louise Michel, Simone Veil, Alice Milliat, Christine de Pizan, Paulette Nardal, Olympe de Gouges, Jeanne Barret, dan Alice Guy. Mereka dipilih berdasarkan warisan perjuangan mereka dalam memperjuangkan kesetaraan dan kebebasan sipil di berbagai era.

Dengan tinggi sekitar 4 meter dan berlapis warna emas, setiap patung wanita pelopor dirancang menggunakan teknologi cetak 3D dari bahan resin fiberglass yang ramah lingkungan. Sebelumnya, patung-patung ini sempat mencuri perhatian publik saat parade pembukaan Olimpiade melintasi Sungai Seine, dan kini kembali diposisikan dalam ruang publik yang strategis agar bisa diakses oleh masyarakat secara luas.

Sejarah, Identitas, dan Simbol Perjuangan Perempuan Prancis

Kehadiran patung wanita pelopor di ruang publik merupakan langkah simbolis sekaligus politis dari Pemerintah Kota Paris untuk menyeimbangkan representasi perempuan dalam lanskap kota. Saat ini, lebih dari 90 persen patung-patung yang berdiri di Paris adalah tokoh laki-laki. Dengan menghadirkan figur perempuan dalam bentuk monumen permanen, kota ini ingin menyampaikan bahwa kontribusi perempuan terhadap sejarah tidak bisa lagi diabaikan.

Misalnya, patung Simone de Beauvoir mewakili gerakan intelektual feminis abad ke-20. Ia dikenal lewat karyanya “Le Deuxième Sexe” (Jenis Kelamin Kedua), yang menjadi literatur penting dalam feminisme modern. Sementara itu, Olympe de Gouges yang hidup pada masa Revolusi Prancis adalah penulis Deklarasi Hak Perempuan dan Warga Negara. Gisèle Halimi, pengacara dan aktivis, dikenal karena memperjuangkan hak aborsi dan reformasi hukum untuk perempuan di Prancis.

Keberadaan patung-patung ini memberi ruang bagi warga dan wisatawan untuk memahami nilai historis tokoh-tokoh tersebut melalui media visual. Selain sebagai karya seni, patung-patung ini juga berfungsi sebagai sarana pendidikan publik yang bisa diakses secara gratis. Informasi mengenai masing-masing tokoh disediakan melalui kode QR di sekitar instalasi patung, yang mengarahkan pengunjung ke profil digital berisi biografi dan kontribusi tokoh tersebut.

Warisan Olimpiade yang Berkelanjutan dan Inklusif

Pameran patung wanita pelopor ini bukan hanya berfungsi sebagai penghormatan sejarah, tetapi juga bagian dari misi keberlanjutan yang diusung oleh Paris pasca-Olimpiade 2024. Dalam dokumen rencana warisan Olimpiade, Paris menekankan pentingnya menciptakan warisan budaya dan sosial yang bisa dinikmati dalam jangka panjang, tidak sekadar berfokus pada infrastruktur olahraga atau pariwisata.

Dengan menempatkan patung-patung ini di ruang publik yang ramai, seperti kawasan perumahan dan jalur sepeda, pemerintah berharap dapat menanamkan nilai-nilai kesetaraan sejak dini kepada masyarakat. Patung-patung ini diposisikan di dekat pusat komunitas, sekolah, dan ruang terbuka agar bisa terlibat langsung dengan kehidupan sehari-hari warga kota.

Wali Kota Paris, Anne Hidalgo, dalam sambutannya mengatakan bahwa proyek ini adalah “pengingat abadi” bahwa perjuangan kesetaraan belum selesai. Menurutnya, mengenalkan figur-figur sejarah perempuan dalam bentuk patung akan membantu menyeimbangkan narasi sejarah yang selama ini terlalu didominasi laki-laki. Ia juga menambahkan bahwa inisiatif serupa akan diteruskan ke distrik lain dengan melibatkan kurasi seniman muda dan komunitas lokal.

Baca juga : Biaya Olimpiade Paris 2024 Tembus €6 Miliar, Fakta dan Kontroversinya!

Respon masyarakat pun cukup positif. Banyak warga menyambut kehadiran patung wanita pelopor ini sebagai penanda penting bahwa ruang kota bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk dididik dan dibentuk ulang. Guru-guru di wilayah sekitar menyatakan bahwa kehadiran patung ini telah mereka manfaatkan sebagai bagian dari materi pengajaran sejarah dan gender kepada siswa.

Dengan menampilkan patung wanita pelopor di ruang terbuka, Paris tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga membangun masa depan yang lebih setara. Ini adalah bentuk konkret dari komitmen kota dalam mewujudkan kesetaraan gender melalui cara yang inklusif, edukatif, dan berdampak jangka panjang.