Skandal dokter pedofil Prancis ungkap sistem pengawasan lemah. Joël Le Scouarnec leluasa mencabuli 299 anak selama tiga dekade praktik medis. Penyelidikan menyeluruh sedang berlangsung di Prancis terkait skandal dokter pedofil Prancis yang mengguncang sistem medis nasional. Dokter Joël Le Scouarnec dijatuhi hukuman 20 tahun penjara pada Mei 2025 setelah dinyatakan bersalah melakukan pelecehan seksual terhadap 299 anak antara 1989 dan 2014. Kini, perhatian publik tidak hanya tertuju pada pelaku, tetapi juga pada jaringan kelembagaan yang membiarkannya bebas selama puluhan tahun.

Kasus ini muncul ke permukaan setelah penyelidik menemukan jurnal pribadi sang dokter yang mendokumentasikan detail pelecehan terhadap anak-anak. Beberapa korban bahkan menyadari bahwa mereka adalah bagian dari daftar tersebut setelah persidangan berlangsung. Fakta ini menunjukkan betapa terorganisir dan sistematisnya kejahatan tersebut dilakukan, tanpa ada deteksi dari institusi terkait.

Pemerintah Prancis saat ini tengah menyelidiki secara menyeluruh skandal dokter pedofil Prancis yang melibatkan mantan ahli bedah anak, Joël Le Scouarnec sebelumnya telah dihukum ringan pada 2005 karena kepemilikan materi pornografi anak. Namun ia tetap diizinkan melanjutkan karier sebagai dokter bedah anak di beberapa rumah sakit di wilayah barat Prancis. Bahkan, ia sempat dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi setelah insiden itu. Fakta ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai akuntabilitas internal rumah sakit dan peran lembaga pengawas profesi medis.

Kegagalan Institusional Disorot, Audit Sistem Dilakukan

Pemerintah Prancis, melalui Kementerian Kesehatan dan Kementerian Kehakiman, telah memerintahkan audit menyeluruh terhadap sistem pengawasan profesi Skandal dokter pedofil Prancis. Lembaga pengawas seperti Dewan Medis Nasional (Ordre des Médecins) juga masuk dalam lingkup evaluasi. Fokus penyelidikan adalah mengapa laporan internal dari tenaga medis diabaikan, dan bagaimana proses rotasi dokter bisa dilakukan tanpa evaluasi etik yang memadai.

Dokumen investigasi menunjukkan bahwa beberapa staf rumah sakit sempat melaporkan perilaku mencurigakan Le Scouarnec, tetapi laporan tersebut tidak diikuti dengan tindakan konkret. Tak jarang, pelaku malah dipindahkan ke rumah sakit lain alih-alih diselidiki. Dalam kasus seperti ini, pemindahan tanpa sanksi justru memperluas ruang gerak pelaku untuk mengulangi tindakannya di tempat baru.

Organisasi advokasi anak dan kelompok HAM di Prancis mengecam keras skandal dokter pedofil Prancis ini sebagai contoh kegagalan sistemik. Mereka menuntut agar kasus ini tidak hanya berhenti pada hukuman terhadap individu, tetapi juga dijadikan momentum untuk reformasi menyeluruh dalam manajemen rumah sakit dan pengawasan tenaga kesehatan.

Reformasi Didorong, Korban Tuntut Keadilan

Gelombang tuntutan hukum dari korban dan keluarga mulai bermunculan. Banyak dari mereka menggugat institusi rumah sakit secara perdata karena dinilai lalai melindungi pasien. Beberapa keluarga mengungkapkan bahwa anak mereka mengalami trauma jangka panjang yang baru disadari bertahun-tahun setelah insiden terjadi.

Pemerintah Prancis telah menyusun draf reformasi yang mencakup pembentukan unit independen pengawasan medis, peningkatan akses publik terhadap catatan etik tenaga medis, serta perwajiban pelaporan oleh sesama profesional kesehatan atas pelanggaran etik yang mereka ketahui.

Lebih lanjut, Dewan Medis Nasional mengakui adanya “keterlambatan” dalam menangani pelanggaran yang dilakukan Le Scouarnec. Ketua dewan menyatakan bahwa pihaknya akan merevisi mekanisme disipliner dan memastikan evaluasi periodik terhadap semua tenaga medis yang bekerja dengan anak-anak. Hal ini dilakukan untuk mencegah terulangnya kasus seperti skandal dokter pedofil Prancis di masa depan.

Baca juga : Kasus Pembayaran Mbappé, Polisi Prancis Diselidiki

Sejumlah parlemen dan aktivis juga menyerukan penguatan perlindungan hukum terhadap pasien anak, termasuk pelatihan wajib bagi seluruh tenaga medis tentang deteksi awal pelecehan seksual dan pembuatan sistem aduan langsung yang bisa diakses oleh pasien atau keluarga.

Skandal dokter pedofil Prancis kini menjadi simbol betapa pentingnya akuntabilitas dalam sistem layanan publik, terutama dalam sektor kesehatan. Kasus ini telah membuka mata banyak pihak bahwa sistem yang longgar dan tertutup bisa menjadi tempat subur bagi predator seksual berkedok profesional.

Jika Prancis benar-benar ingin memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap dunia medis, maka investigasi menyeluruh ini harus ditindaklanjuti dengan reformasi nyata. Tidak hanya agar korban mendapatkan keadilan, tetapi juga untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.